Sabtu, 22 September 2012

Anak

Anak
(Tsamarotul Qolbiy /buah hati)

Anak adalah keturunan dan darah daging kita, suatu harta yang tidak bisa dinilai dengan materi.
Karena walaupun kita sudah memiliki harta yang banyak,
istri yang solihah, 
perhiyasan yang indah,
rumah yang megah, 
mobil yang mewah,
harta yang berlimpah,
memiliki kebun luas dan sawah,
bahkan tidak lupa zakat dan sedekah,
bahkan tiap taun naik haji ke mekah,
tapi kalau belum memiliki keturunan (anak)
hidup akan tetap terasa susah.

Maka anak menjadi sesuatu yang penting dalam hidup kita,
Karena kita rasakan, ketika bertemu saudara atau teman lama, 
pasti yang di tanyakan sudah punya anak berapa ?
Tidak pernah menanyakan punya rumah berapa, punya mobil berapa.

Inama Amwalukum Wa Auladukum Fitnah   
sesungguhnya hartamu dan anakmu adalah ujian (fitnah)

Padahal apabila kita jujur, dan kita akui bahwa memiliki anak, 
anak bukanlah suatu kebanggaan dan bukanlah suatu kepuasan hidup, tapi adalah ujian hidup,
Karena kita ketika memiliki anak, kita dituntut untuk menjaga ke-fithrohan anak, 
sebab ketika anak dititipkan oleh Allah dalam keadaan Fithroh,
Sanggupkah kita menjamin dan menjaga kefithrohan anak.

Apalah artinya punya anak kalau kita tidak bisa mendidik,
Apalah artinya punya anak kalau kita tidak bisa mengurus,
Apalah artinya punya anak kalau kita tidak bisa menjaga kefithrohannya.

Inna Asaddan Nasi Azaba Yaumal Qiyamah Man Jahula Ahlahu
Seberat-beratnya siksa orang tua pada hari Qiyamat adalah orang tua yang membiarkan anaknya bodoh

Jangankan di akherat,
di dunia saja sering kita lihat orang tua, yang celaka gara-gara anaknya.
Seorang pejabat, jatuh dari jabatannya karena anak.
Seorang hartawan, habis hartanya karena anak.
Seorang ‘alim yang hilang ke’alimannya karena anak.

Maka ketika kita menginginkan anak, siapkan segala-galanya untuk mengemban amanah Allah dengan penuh tanggung jawab, dalam menjaga ke-Fithrohannya,
  1. dengan Agama,
  2. dengan pendidikan,
  3. dengan kasih sayang.

Jangan biarkan mereka celaka dan mencelakakan
Wallohu a’lam

Hidup Hanya Tiga Hari

AL YAUMU TSALATSATUN
AL MADI LA YURDA
AL HALI LAA YABQO
AL ISTIQBAL YAM YUDROK

Hari itu ada 3,
-          Kemarin tidak akan kembali
-          Sekarang tidak akan abadi
-          Besok tidak bisa di lihat,

Bagaimana sikap kita menengok hari kemaren,
Tentunya dengan mengevaluasi diri, sudah barang tentu ada kabaikan dan kesalahan yang sudah kita lakukan, apa saja yang kita kerjakan hari kemaren.
Bila ada kesalahan berarti kita sikapi dengan bertaubat.
Bila ada kabaikan berarti kita pertahanankan dan kita tingkatkan.

Bagaimana sikap kita menyikapi hari ini,
Tentunya dengan memanfaatkan kesempatan, hidup hari ini, selama satu hari atau 24 jam akan kita lewati, segera manfaatkan kesempatan hari ini tidak akan datang lagi, agar kita tidak menyesal, menyesal kemudian tidak berguna.
Segera lakukan apa yang wajib, apa yang sunah, apa yang baik, apa yang positif, apa yang bermanfaat, jauhi apa yang haram, apa yang tidak baik, apa yang tidak bermanfaat.
Jangan tunda sampai hari esok, sesuatu yang bisa diselesaikan hari ini.

Bagaimana kita menghadapi hari esok,
Ketabahan hati, kekuatan mental, disertai ketawakalan kepada Allah SWT.
Mungkinkah nafas ini masih ada pada hari esok,
Mungkinkah nyawa ini masih bersemayam dijasad sampai hari esok,
Mungkinkan usia kita masih ada sampai hari esok,
Walaupun demikian rencanakanlah kebaikan sebanyak-banyaknya mudah-mudahan menjadi Niat yang baik.
Tentunya jangan kita lupakan apapun yang akan kerjadi pada hari esok kita tidak tahu, walaupun kita memiliki segudang rencana dan program hidup.
La Haula Wala Quwata Illa Billah
Tiada daya dan kekuatan kecuali atas izin-Nya.

Jadikan hidup yang hanya 3 hari ini,
Kemarin penuh dengan kenangan
Hari ini penuh dengan kesempatan,
Hari esok penuh dengan harapan.

Kemarin kita sikapi dengan Taubat,
Sekarang kita sikapi dengan Amal,
Besok kita sikapi dengan Do’a dan Harapan.

Wallohu a’lam